Sabtu, 14 Oktober 2017

Sulthan Muhammad Al-Fatih

             Sulthan Muhammad Al-Fatih merupakan pahlawan yang berhasil menaklukan Konstatinopel dan menundukkan Romawi juga tentang leluhurnya yang mulia. Mereka hidup demi Islam dan mati dalam rangka menegakkan kalimat Allah. Kebangkitan Dinasti Utsmani pada masa Sulthan Muhammad Al-Fatih mencakup seluruh bidang kehidupan ilmiah, politik, ekonomi, informasi dan militer.Pengaruh penetapan syariat Allah di zaman Sulthan Muhammad Al-Fatuh diantaranya yaitu terwujudnya kekuasaan, kejayaan, keamanan, ketenteraman, kemenangan, kehormatan, dan tersebarnya kebaikan serta tersingkirnya kejahatan. Sifat-sifat Muhammad Al-Fatih dan karya-karya pada masanya sangatlah mengesankan, seperti wasiatnya kepada anaknya ketika di ambang kematian. Wasiat itu dengan gambling mengungkapkan jalan kehidupannya beserta nilai-nilai dan prinsip yang beliau yakini, juga yang beliau inginkan agar ditempuh oleh para khalifah sepeninggalnya.  
Di masa Sulthan Muhammad Al-Fatih juga tidak terlepas dari berbagai fitnah, salah satunya adalah fitnah kepada Muhammad Al-Fatih yang dituduhkan oleh sejarawan Inggris, Edward Shepherd Creasy, dalam bukunya History of The Ottoman Turks dimana dia berusaha merusak citra penaklukan Utsmani terhadap Konstatinopel dengan menggambarkan Sulthan Muhammad Al-Fatih adalah seorang yang buruk karena rasa dengki dan benci terhadap penaklukan Islam yang gemilang saat itu. Selain itu terdapat fitnah lain yaitu pada Ensiklopedi Amerika yang terbit pada 1980 juga menaruh kedengkian kaum Salibis terhadap Islam. Ensiklopedi tersebut mengklaim bahwa Sulthan Muhammad Al-Fatih memperbudak mayoritas orang Kristen Konstatinopel dan menggiring mereka ke pasar-pasar budak di kota Edirne, mereka semua dijual di kota ini. Dan tuduhan tersebut sangatlah tidak benar, karena terdapat argumen-argumen kuat dan bukti-bukti nyata sesuai realitas sejarah yang menjelaskan bahwa Sulthan Muhammad Al-Fatih memperlakukan penduduk Konstatinopel dengan penuh kasih sayang. Beliau memerintahkan tentaranya agar bersikap baik dan lembut kepada para tawanan. Akhirnya, para tawanan itu banyak yang ditebus dari harta pribadi miliknya. Muhammad Al-Fatih berkumpul bersama para uskup, menenangkan kepanikan mereka serta menjamin keyakinan, syariat dan rumah-rumah ibadah mereka. Dan yang mendorong Sulthan Muhammad Al-Fatih bersikap toleran terhadap orang-orang Kristen Konstatinopel adalah karena komitmennya yang benar terhadap agama Islam. Selain itu, beliau berusaha meneladani Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dan Khulafaur Rasyidin yang telah bersikap toleran kepada musuh-musuh mereka. Sikap mulia ini pun diabadikan dalam lembaran-lembaran sejarah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pernah menyampaikan kabar gembira bahwa Konstatinopel akan ditaklukan. Sulthan Muhammad Al-Fatih yang menaklukannya, beliaulah yang meletakkan garis tujuan dalam langkah yang cerdik, persiapan militer yang matang dan eksekusi yang tepat. Ketika itu beliau memindahkan kapal-kapal ke daratan di atas batang pepohonan, kemudian menggulingkan dan meluncurkannya ke laut di belakang Byzantium tanpa disangka-sangka musuh sehingga mereka terpukul mundur dan kalah. Konstatinopel pun dapat ditaklukan dan kelak di kemudian hari, kota ini menjadi ibu kota kekhilafahan. Namanya diubah menjadi Islambul atau Istanbul. 

Utsman, Pendiri Daulah Utsmani
Utsman adalah anak dari Erthugrul yang lahir pada 656 H (1267 M). Nama Utsman kemudian menjadi nisbat Daulah Utsmaniyah. Pada tahun itu, pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah. Penyerbuan ini merupakan peristiwa besar dan menimbulkan bencana dahsyat. Umat Islam saat itu sedang mengalami kelemahan akibat dosa dan maksiat yang mereka lakukan. Oleh karena itu, orang-orang Mongol mampu menguasai mereka. Dalam keadaan sulit dan genting yang menimpa sendi-sendi umat Islam, lahirlah Utsman sang pendiri Daulah Utsmaniyah. Ada makna penting yang layak diperhatikan yaitu adanya permulaan kejayaan umat yang merupakan puncak perubahan dari kelemahan dan kemunduran. Itulah permulaan kebangkitan menuju kehormatan, kemenangan dan kejayaan. Dan itulah hikmah dan kehendak Allah yang tidak bisa ditolah oleh siapapun. Terdapat sifat-sifat kepemimpinan terpenting Utsman, yaitu pemberani, bijaksana, ikhlas, sabar, daya tarik keimanan, adil, menepati janji dan menaklukan hanya karena Allah semata. Terdapat pilar-pilar dan dasar-dasar dari tegaknya Daulah Utsmaniyah, yaitu :
1.      Jangan kau sibukkan dirimu dengan urusan yang tidak diperintahkan oleh Allah Rabb semesta alam.
2.      Apabila dalam memutuskan hukum menghadapi kesulitan, maka bermusyawarahlah dengan para ulama yang memahami agama.
3.      Menjaga para ulama. Senantiasalah kamu berada dalam bimbingan mereka dan hormatilah mereka.
4.      Sesungguhnya menyebarkan Islam, menunjukkan manusia kepadanya, serta melindungi kehormatan dan harta kaum muslimin adalah amanah yang terikat di lehermu. Kelak Allah akan meminta pertanggungjawabanmu.
5.      Muliakanlah orang yang menaatimu dan berbuat baiklah kepada para tentara.
6.      Jangan sampai setan memperdayamu dengan tentara dan hartamu.
7.      Sesungguhnya jihad mampu menyebarkan cahaya agama kita ke seluruh penjuru bumi sehingga akan mendatangkan keridhaan Allah.
8.      Jika ada keturunanku yang menyimpang dari kebenaran dan keadilan, niscaya dia tidak akan menerima syafaat Rasulullah saat dikumpulkan di Padang Mahsyar.
9.      Kita tidaklah termasuk golongan manusia yang berperang karena dorongan hawa nafsu untuk meraih kekuasaan belaka. Kita hidup dan mati hanya demi Islam.

Sulthan Orkhan Bin Utsmani
Setelah Utsman wafat, putranya yang bernama Orkhan menggantikannya sebagai pemimpin. Dia menempuh kebijakan seperti yang ditempuh oleh ayahnya dalam memerintah dan melakukan penaklukan-penaklukan negeri. Pada 727 H (1327 M), Nicomedia jatuh ke tangannya. Nicomedia adalahs ebuah kota di sebelah barat laut Asia Kecil dekat kota Istanbul. Di kota inilah Orkhan mendirikan uniersitas Utsmani yang pertama.

Sulthan Murad I
Murad I adalah sosok yang sangat pemberani, gemar berjihad, dermawan dan tekun menjalankan agama. Dia mencintai peraturan dan selalu memegangnya dengan teguh, selalu berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya, mencintai jihad dan sering membangun masjid-masjid, sekolah-sekolah dan tempat-tempat berlindung. Dia juga berhasil meluaskan wilayahnya di Asia Kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan.

Sulthan Bayazid I
Setelah syahidnya Sulthan Murad I, anaknya Bayazid menggantikan posisinya sebagai penguasa. Dia adalah orang yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan bersemangat untuk melakukan ekspansi memperluas wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan masalah-masalah kemiliteran. Dia mengarahkan ekspansinya ke negara-negara Kristen di Anatolia.

3 komentar: